Viral | beritabatam.co : Ibnu Haitham adalah ilmuwan muslim yang terkenal dengan kecerdasannya dalam ilmu optik. Sosoknya berkontribusi besar terhadap perkembangan kajian cahaya dan penglihatan.
Ibnu Haitham disebut sebagai peletak dasar metode kamar gelap atau Albeit Almuzlim yang lebih dikenal dengan kamera obscura. Pengetahuan itu menjadi dasar fotografi modern kontemporer.
Karena kontribusinya itulah, Ibnu Haitham dikenal sebagai Bapak Optik Modern. Sebagai ilmuwan, Ibnu Haitham memiliki nama lain yang dikenal oleh dunia Barat, yakni Al-Hazen, Avennathan, dan Avenetan.
Ibnu Haitham lahir di Basra (kini Irak) pada 965 M dan dibesarkan di Basrah dan Baghdad, dua kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan Abbasiyah pada masa itu. Ia memulai pendidikan awalnya di Basrah, sebelum kemudian dilantik menjadi pegawai pemerintah di kota kelahirannya.
Kecenderungannya condong pada pembelajaran bidang ilmu agama maupun umum sekaligus, sampai dengan ilmu matematika, fisika, astronomi, kedokteran, filsafat, mantik dan lain-lain lagi.
Kecerdasan Ibnu Haitham membuatnya dikenal luas oleh masyarakat sebagai cendekiawan sains. Bahkan, Khalifah Al-Hakim bin Amirillah (386-411 H / 996-1021 M) dari Dinasti Fathimiyah mengundang Ibnu Haitham ke Mesir. di Mesir, pemerintah Dinasti Fathimiyah berharap ia bersedia menerapkan ilmunya guna mengatasi banjir sungai Nil yang kerap kali melanda negeri itu setiap tahunnya. Akan tetapi, Lantaran belum dapat mewujudkan harapan pemerintah, Ibnu Haitham meninggalkan pekerjaan itu dengan berpura-pura hilang ingatan untuk melindungi dirinya dari kemurkaan pemerintah.
Kendati demikian, ia tetap dihukum penjara. Didalam penjara inilah ia kemudian terinspirasi mengenai inovasi penting ketika berada di sebuah kamar gelap. Temuan Albeit Almuzlim atau metode kamar gelap itulah yang menjadi dasar ilmu optik modern hingga sekarang.
Pada 1021, saat Sultan Al-Hakim bin Amirillah wafat, Ibnu Al Haitham dibebaskan dari penjara dan kembali aktif dalam berbagai kegiatan akademis. Ia mengabdikan diri di Universitas Al-Azhar, Kairo dan terus menyambung penelitian ilmiahnya dalam bidang optik.
Untuk mendalami bidangnya, Ibnu Haitham kemudian pergi ke Andalusia (Spanyol), kiblat ilmu pengetahuan Eropa pada masa itu untuk mempelajari optik sampai namanya menjadi terkenal dalam bidang tersebut.
Di sisi lain, Ibnu Haitham juga menerjemahkan buku-buku matematika dan falak ke bahasa Arab, terutama dari bahasa Latin.
Pada tahun terakhir menjelang wafatnya, beliau kembali ke Kaherah (Mesir). Ibnu Al Haitham wafat di Kaherah pada tahun 1039 M ketika berusia 74 tahun.
Pemikiran dan karya Al-Haitham hingga saat ini masih relevan untuk perkembangan ilmu optik. Bahkan Harvard Magazine edisi September-Oktober 2003 menyampaikan apa yang pernah diucapkan oleh Ibnu Haitham: “Jika tujuan akhir seseorang belajar adalah mencapai kebenaran, ia harus membuat dirinya sebagai musuh dari apa yang semua telah dibacanya.”
Apresiasi atas kontribusi pemikiran dan karya Al-Haitham terus mengalir. UNESCO meluncurkan sebuah kampanye pentingnya sains bidang cahaya pada 19 Januari 2015. Nama programnya, yakni “1001 Inventions and the World of Ibn Al-Haitham”. Selain itu, namanya diabadikan untuk sebuah kawah di bulan “The Crater Al-Hazen” dan untuk nama asteroid 59239 Alhazen demi mengenang kontribusi penting Ibnu Haitham di bidang optik. (***)
Discussion about this post