Internasional | beritabatam.co : Vaksin Sputnik V buatan Rusia disebut memiliki efektifitas sekitar 83% terhadap varian Delta, lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya.
Sebagaimana dikatakan Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko melansir ChannelNewsAsia, Rabu (11/08/21).
Varian delta disebut-sebut menjadi penyebab atas lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi pada Juni-Juli 2021. Apalagi penolakan sebagian lain penduduk untuk melakukan vaksinasi.
Juni lalu, pengembang vaksin Sputnik V memiliki efektifitas sekitar 90% terhadap varian Delta.
“Hasil terakhir menunjukkan bahwa efektivitasnya sekitar 83%,” kata Murashko.
Sementara itu Direktur Institut Gamaleya, Alexander Gintsburg yang mengembangkan vaksin tersebut mengatakan bahwa Sputnik V aman dan efektif melawan semua jenis virus corona.
Rusia memiliki populasi sekitar 144 juta, telah menyetujui empat vaksin yang diproduksi di dalam negeri. Sementara itu, negeri beruang putih itu mencatat hampir 6,5 juta infeksi sejak awal pandemi.
Data terbaru berdasarkan worldmeter, ada tambahan kasus positif sebanyak 21.571 kasus baru dengan angka kematian lebih dari 799 orang dalam sehari. Saat ini total angka kematian di Rusia mencapaui 167.241 kasus.
Sebelumnya, Kepala Laboratorium Novosibirsk State University dan anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, Sergey Netesov mengatakan vaksin Covid-19 dengan platform vektor dan mRNA dapat memberikan perlindungan cukup pada varian yang sudah masuk di Indonesia itu.
“Menurut data dari Inggris, AS dan negara lain, vaksin mRNA dan vektor termasuk Sputnik V kami, melindungi dari (varian Delta), meskipun pada tingkat lebih rendah, namun mereka melindunginya. Mereka menawarkan 95% perlindungan pada strain awal dan sekarang memberikan perlindungan 90% Terhadap varian Delta,” ujar Sergey belum lama ini.
Bahkan sebelumnya terdapat klaim Sputnik menjamin hampir 100% perlindungan untuk kasus parah dan fatal dari Covid-19 yang disebabkan oleh varian Delta. Hal ini disampaikan oleh Kepala Laboratorium Mekanisme Variabilitas Populasi dari Pusat Penelitian Gamaleya yang mengembangkan Sputnik V, Vladimir Gushchin. (CNBC)
Discussion about this post