Internasional I beritabatam.co : Seorang anggota parlemen Inggris dari Partai Konservatif dan Unionis membuat heboh. Ia bernama Nusrat Ghani.
Dirinya pernah menjabat sebagai menteri di kabinet Perdana Menteri Boris Johnson di 2018 namun dipecat di 2020. Ia menyebut alasannya karena dirinya muslim.
“Keyakinan muslim membuat rekan kerja merasa tidak nyaman,” katanya dalam wawancara dengan The Sunday Times.
Mantan menteri transportasi itu diberitahu bahwa ada kekhawatiran bahwa dirinya tak akan cukup membela partainya. Terutama menyangkut isu Islamofobia.
“Saya bertanya apa pemikiran di balik keputusan untuk memecat saya,” ujarnya lagi.
“Saya diberitahu bahwa pada pertemuan perombakan di Downing Street bahwa Muslim diangkat sebagai ‘isu’. Bahwa status menteri wanita Muslim yang melekat opada saya membuat rekan kerja tidak nyama. Bahwa ada kekhawatiran saya tidak setia kepada partai karena saya tidak melakukan cukup banyak untuk membela partai terhadap tuduhan Islamofobia,” jelasnya lagi.
Sementara itu, desakan investigasi independen kini ditujukan ke PM Johnson. Namun, mengutip BBC, Wakil PM dan Menteri Kehakiman Dominic Raab mengatakan hal ini sangat serius tapi tak akan ada penyelidikan formal kecuali pengaduan resmi.
Dewan Muslim Inggris (MBC) mengatakan kesaksian Nusrat Ghani mengejutkan. The Guardian menulis badan itu mendesak Komisi Persamaan dan Hak Asasi Manusia (EHRC) bereaksi.
“Bahwa dia mengalami ini sebagai seorang wanita Muslim di puncak partai memperkuat sifat masalah yang mengakar. Islamofobia institusional di partai Konservatif telah berlangsung terlalu lama dengan impunitas,” kata Sekjen MCB Zara Mohammed.
Menurut laporan Daily Mail di 2020 dari Kantor Statistik National (OSN) populasi Muslim Inggris menembus 3 juta orang. Ini adalah agama yang tumbuh paling cepat di Inggris.
Di tahun yang sama jumlah populas Inggris adalah sebanyak 67,22 juta. PDB tercatat US$ 2,7 trilliun.
Artikel Asli Baca disini!
Discussion about this post