Internasional | beritabatam.co : Pembentukan Peradaban Islam terkecil sejatinya dimulai dari keluarga. Lingkungan keluarga menjadi wadah pembinaan dan perwujudan kesakinahan. Berkait dengan itu, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ) terbang ke Hong Kong, melakukan riset dan workshop tentang Long Distance Marriage (LDM) terhadap para Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Hong Kong pada Sabtu-Rabu (10-14 Agustus 2024).
Kepala Pusat PPIJ, Dr. KH. Didi Supandi, Lc, MA dalam sambutan dan tausiyah yang disampaikan di Kantor Sekretariat PCINU Hong Kong, Ahad (11.08/24) menyatakan agenda PPIJ ke Hong Kong dalam rangka implementasi tiga cluster program PPIJ. Cluster lokal Jakarta 50% Indonesia 35% dan Internasional 15%. Dan cluster internasional tersebut di antaranya PPIJ ingin memberikan sumbangsih dalam menguatkan keagamaan kalangan PMI di Hong Kong, karena mereka adalah aset bangsa, ucapnya.
“Kami bersyukur sekali bisa hadir di Hong Kong, bisa silaturahim dengan pimpinan PCINU Hong Kong dan berkeliling ke beberapa komunitas Majelis Taklim di Hong Kong. Kami disambut luar biasa oleh MT As-Salam dan Az-Zahra di Victoria Park, MT Yuen Long dan Info Cegatan Gunung Kidul (ICG) cabang Hong Kong di Long Ping”, terang Kiai Didi Supandi.
Kiai Didi Supandi menyampaikan ke depan PPIJ akan adakan program pendidikan dan kajian Islam untuk PMI Hong Kong baik online via zoom maupun offline. Kita ingin mendidik para PMI agar memiliki pendidikan yang tinggi atau kuliah sehingga nantinya bisa memiliki penghidupan yang lebih baik.
“Dari hasil riset hari ini, kita berharap dapat informasi yang penting untuk pengembangan dan pemberdayaan PMI Hong Kong,” tegas Kiai yang juga Ketua MUI Jakarta Timur ini.
Ketua Tim Riset Dr. Rina Uswatun Hasanah menyampaikan pada para PMI bahwa riset ini adalah untuk menemukan model penguatan aktivitas keberagamaan yang tepat dilaksanakan oleh para PMI di Hongkong, dan tujuan dari riset ini adalah pentingnya mengasah dan memuroja’ah pengetahuan agama bersama para ustadz-ustadzah yang kompeten dan tersanad dengan baik sehingga aplikasi ilmu menjadi terarah dan dapat dipertanggungjawabkan.
“Kami bersyukur dan berterima kasih dapat bersilaturahim dengan sahabat-sahabat Pengurus Cabang Istimewa Fatayat NU Hong Kong, pimpinan PCINU Hong Kong dan berkeliling ke beberapa komunitas Majelis Taklim di Hong Kong diantaranya MT As-Salam dan Az-Zahra di Victoria Park, MT Yuen Long dan Info Cegatan Gunung Kidul (ICG) cabang Hong Kong di Long Ping.Dalam sesi diskusi Mbak Aniel, Sekretaris PCINU Hong Kong mengharapkan agar PPIJ dapat membantu memberikan penguatan mental dan ketahanan LDM (Long Distance Marriage) temen-temen PMI Hong Kong, pungkas Rina.
“Permasalahan yang kami anggap penting bagi temen-temen PMI adalah perlunya program parenting untuk penguatan LDM (Long Distance Marriage), tidak hanya dari pihak perempuan pekerja tapi juga untuk keluarga-keluarga mereka yang ada di Indonesia” Jelas Rina yang merupakan Kepala Sub Divisi Pengkajian PPIJ ini.
Sementara itu Ketua Badan Otonom PCINU Hong Kong menilai bahwa hubungan antara pemerintah Hong Kong dan Islam saat ini sangat baik sekali. Namun ada beberapa isu yang masih dihadapi PMI Hong Kong saat ini
“Pertama perihal perlunya keberadaan masjid/İslamic Centre untuk muslim Indonesia Hong Kong sebagai wadah berkumpul ratusan ribu PMI Hong Kong. Kedua halal food bagi para PMI yang tinggal di rumah majikannya karena sulit terlepas dari makanan yang non halal. Ketiga ada juga para PMI yang hijrah ke kehidupan yang lebih baik dan membutuhkan program penghapusan tato. Keempat kiranya perlu ada program peningkatan entrepreneurship atau wirausaha untuk kalangan PMI sehingga nantinya bisa membuka lapangan usaha sendiri. Dan yang juga penting yakni isu radikalisasi yang juga sempat muncul di antara Komunitas majelis taklim PMI Hong Kong karena mengundang penceramah dari Indonesia yang terkait dengan kelompok tertentu,” tutupnya. (***)
Discussion about this post