

Opini | beritabatam.co : Amsakar-Claudia sepulang pelantikan dan retreat di Magelang disambut gemuruh para timsesnya di VIP Bandara Hang Nadim. Meski agak lebay tapi ya bangga boleh lah. Saya sebut Amsakar-Claudia saja supaya menegaskan bahwa dia adalah Walikota Batam dan Kepala BP Batam. Sebab masing-masing lembaga punya tupoksi berbeda, sehingga mereka juga harus tahu kapan sebagai walikota dan kapan sebagai kepala BP, bahkan bisa menjadi keduanya sekaligus. Setelahnya beredar diberbagai media tentang pernyataan Amsakar yang akan melakukan lompatan untuk kemajuan Kota Batam hingga 5 tahun ke depan.
Kemudian ada penegasan akan menjadikan Batam sebagai kota industri dan tujuan pariwisata. Ya kita tunggu saja lompatan apa yang mau dibuat Amsakar-Claudia dalam kepemimpinan mengelola Batam 5 tahun ke depan. Yang cukup menarik pernyataan retreat untuk menyelaraskan pusat dan daerah.
Kalau menurut saya itu aneh. Pertama, masing-masing kepala daerah punya visi misi berbeda untuk kepemimpinan mereka sesuai janji kampanye. Kedua, tidak mungkin menyamakan semua daerah dengan visi pusat karena masing-masing daerah memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-beda. Pertanyaannya kemudian di mana otonomi daerah kalau kebijakan pemerintah daerah hanya penegasan dari kebijakan pemerintah pusat. Tapi okelah itu kalau ada kaitannya dengan kebijakan pemerintah terkait efisiensi anggaran, meskipun kebijakan itu tanggung ketika lembaga dan personalnya tidak diefisiensikan juga.

Berbicara soal Batam mau dijadikan sebagai daerah industri dan tujuan wisata, bukankah dari awal didirikannya BP Batam (sebelumnya Otorita Batam) untuk dijadikan kawasan ekonomi nasional yang berorientasi pada industri, alih kapal, perdagangan dan pariwisata. Lalu Amsakar hanya menyebutkan daerah industri dan tujuan wisata. Entahlah soal transhipment dan perdagangan? Tanpa industri, apakah Batam tetap bisa eksis?
Pertanyaannya masih visibel kah Batam untuk tujuan investasi? Kalau menurut saya tidak. UMK Kota Batam sudah terlalu tinggi ditambah seringnya demo buruh – itu momok bagi investor; lahan sudah sangat sulit dengan harga sangat mahal; fasilitas bebas juga dimiliki daerah lain sebagai kawasan berikat dengan UMK yang masih sangat murah yakni Rp. 2,5 – 3 juta, sementara Batam sudah hampir Rp. 5 juta. Lahan di luar Batam bisa menjadi aset perusahaan berstatus SHM, dan banyak keunggulan lainnya. Sementara untuk menjadi tujuan wisata, Batam harus memiliki destinasi yang layak dijual bagi wisatawan asing. Apa?
Amsakar-Claudia sebagai pemimpin yang baru dilantik mungkin punya obsesi sendiri, punya ekspektasi terhadap jabatannya yang dobel itu. Maka patut dibilang bakal buat lompatan? Ya kita tunggu saja, lompatan apa yang bakal dibuatnya dalam 100 hari, setahun, dua tahun hingga 5 tahun. Bahkan dalam bulan pertamanya ini akan kelihatan, ada tidaknya perubahan kepala OPD, terutama untuk yang strategis.
Yang jelas depan mata, Amsakar-Claudia mempunyai PR yang mentornya satu periode jabatan tidak mampu membereskan, yakni urusan pengelolaan air bersih, terjadi banjir setiap kali hujan, macet di sejumlah titik jalan, masalah sampah, dan masalah kependudukan yang amburadul. Apakah Amsakar-Claudia mampu membereskan semua itu dalam kurun waktu 1-2 tahun? Sebab itu ditambah urusan wajib seperti pendidikan dan kesehatan. Masalah belum-belum Claudia yang sempat balik ke Batam duluan justru sempat minta masukan kepada semua pihak untuk membereskan soal sampah.
Ini yang agak menggelitik sebab Amsakar-Claudia yang menjadi pemimpin Walikota sekaligus kepala BP Batam, kok urusan pemerintah seolah tidak punya solusi. Itu baru urusan sampah, belum soal air bersih dan banjir yang sebenarnya sangat mudah tapi di per rumit sendiri. Butuh keberanian ekstra untuk bisa membereskan itu, sebab ada kesalahan-kesalahan teknis yang terjadi dan berhadapan dengan banyak pihak.
Perlu juga mereka diingatkan, bahwa BP Batam dan Pemko Batam punya keterbatasan anggaran untuk bisa melakukan banyak hal yang mungkin dibilang lompatan itu. Sementara tanggung jawab untuk pemeliharaan infrastruktur jalan yang lebar itu memerlukan anggaran 150 persen dibanding anggaran pemeliharaan sebelumnya. Dengan kebijakan efisensi anggaran yang diperketat pusat, Batam jangan terlalu bermimpi bisa mendapat kemanjaan soal tambahan anggaran, belum lagi kalau serius mau beresin soal banjir yang terjadi setiap kali hujan deras itu. Jadi ya sudah lah, mari kita tunggu lompatan apa yang nak dibuat Amsakar-Claudia dalam kepemimpinan nya?
*
@sorotan Jasman Galang Boer Alimar Hambali Hutasuhut Jenderal Siti Goeltom Ayna Owein Mbak Indra Silvia Hilda Kusumaningtyas Marsita semua orang GOAL Indonesia Ombudsman Republik Indonesia
Discussion about this post