
Jakarta I beritabatam.co : Perkembangan Taoisme di Indonesia melalui proses panjang dan melewati masa pengajaran dan penyebarluasan yang sempat terhenti karena alasan politik dan geografis. Sebagaimana disampaikan Ketua Umum Majelis Tao Indonesia, Taosu Agung Kusumo, Senin (05/12/22), di kantor pusat Majelis Tao Indonesia, di Tai Hua Shan – Laozi Miao Jelambar – Jakarta Barat.
Menurutnya, Taoisme sebagai agama yang mengutamakan De yang berarti kebajikan yang berkekuatan, telah memberi warna kultural dalam berbagai wujud atau ekspresi bagi masyarakat dunia.
“Tapi perlu diingat, bahwa budaya lokal Indonesia memiliki kekhasan tersendiri. Dan kekhasan itu turut mempengaruhi kebudayaan Tionghoa di Indonesia. Dari sinilah diperlukan kearifan para daoshi di dunia untuk memahami kekkhasan lokal serta mengembangkan bentuk Taoisme yang mengakomodasi kekhasan kultural masyarakat Indonesia,” papar Taosu Agung Kusumo.

Lebih lanjut ia menjelaskan, perlunya daoshi hadir dengan pengetahuan luas dan bijak. Baik dari sekte Zhengyi maupun Quanzhen untuk membagikan ajaran dan pemikiran Taoisme kepada masyarakat Indonesia. Salah satunya dengan Jiangdao atau pembabaran semacam metode pengajaran.
“Nuansa ini tidak mengikat bagi para pendengarnya. Tapi lebih kepada konsep berjodoh. Dengan ungkapan, lihat, dengarkan dan rasakanlah yang menjadi prinsip dakwah. Ini dikenal sebagai konsep Ehipassiko atau lihat, datang dan buktikan. Yang masih relevan sebagai metode mengajarkan dan menyebarkan agama hingga kini,” jelas Taosu yang dikenal memiliki jiwa sosial tinggi ini.

Kegiatan seminar Taoisme yang digelar selama tiga hari di dari 5 sampai 7 Desember 2022, di Tai Hua Shan – Laozi Miao Jelambar – Jakarta Barat. Salah satu sebagai langkah nyata Majelis Tao Indonesia dalam memberikan pengajaran dan pencerahan atas ajaran Taoisme. Apalagi menghadapi kenyataan masih minimnya literasi Taoisme di tengah masyarakat Indonesia.
“Sayangnya buku-buku Taoisme sebagai agama tidak banyak beredar di masyarakat. Salah satunya karena umumnya buku-buku Taoisme beraksara Tionghoa. Meski ada beberapa buku Daode Jing berbahasa Indonesia yang cukup banyak beredar. Misalha karya Zhuang Zi dan karya Lie Zi. Semoga kedepan minat masyarakat Indonesia terhadap filsafar Taoisme juga semakin tinggi.” Imbunya. (Red)
Discussion about this post