
Jakarta | beritabatam.co, : – Pengurus Bidang Ukhuwah Islamiyah dan Kerukunan Umat Beragama (UI-KUB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta menggelar kegiatan halal bihalal bersama Ormas Islam, Ahad (26/04/25), di kantor Dewan Pengurus Pusat Persatuan Ummat Islam (DPP PUI), Pancoran, Jakarta Selatan.
Selaku tuan rumah, Ketua Umum Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PUI Provinsi DKI Jakarta Oskar Vutriano menyambut dengan antusias kedatangan para pengurus Bidang UI-KUB MUI DKI Jakarta dan perwakilan ormas Islam.
“Kami ucapkan ahlan wasahlan (terjemah: selamat datang) di kantor DPP PUI”, ungkapnya.

Selain itu, Oskar juga mengenalkan sedikit profil tentang organisasi PUI, yang telah dibentuk sejak tahun 1971. Lebih lanjut, dia menyebutkan bahwa para pendiri organisasi Islam tersebut turut berjuang dalam memerdekakan Indonesia, di antaranya KH Abdul Halim dan KH Ahmad Sanusi yang pernah menjadi anggota BPUPKI.
“Tokoh kami itu masuk ke dalam anggota BPUPKI dan sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional”, jelas Oskar.
Oleh karena itu, dia bertekad melanjutkan perjuangan para tokoh MUI dengan menyatakan kesiapan organisasinya menjalin persatuan serta kolaborasi dengan MUI dan ormas Islam lainnya.
“Mudah-mudahan bisa terus terjalin persatuan dan kami bisa berkolaborasi dengan MUI dan ormas Islam lainnya, baik di tingkat provinsi hingga tingkat kota dan kabupaten,” terangnya.
Sekretaris Bidang UI-KUB MUI DKI Jakarta Taufik mengatakan bahwa program-program bidangnya tersebut memiliki ciri khas dengan dilakukan di kantor-kantor ormas Islam secara bergiliran, termasuk kegiatan halal bihalal yang dilaksanakan di kantor DPP PUI.
“Kegiatan kita biasa dilakukan di kantor-kantor Ormas Islam. Namun, belakangan gagasan kita ini juga dilakukan oleh para pimpinan,” kata Taufik.
Dengan kegiatan silaturahmi dan halal bihalal itu, Taufik berharap hubungan antara organisasi Islam di Jakarta semakin erat.
“Semoga persaudaraan kita ini semakin kuat,” ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut, Guru Besar Universitas PTIQ Jakarta Made Saihu memberikan kuliah umum dengan menjelaskan tentang sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
“Kalau kita kembali kepada sejarah, Islam di Indonesia ada 4 teori, yaitu Teori Gujarat, Teori Arab, Teori Persia, dan Teori Cina
Di masing-masing teori itu, yang paling dominan adalah teori Arab,” katanya saat menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut.
Saihu melanjutkan, bahwa para pendakwah yang datang dari negeri Arab tersebut menggunakan pendekatan tasawuf dan mengakomodir budaya, sehingga dakwahnya dapat diterima oleh masyarakat.
“Para pendakwah bangsa Arab itu, yang mendakwahkan Islam ke Indonesia itu menggunakan pendekatan tasawuf dan diterima oleh masyarakat. Maka, tidak ada satu pun aktivitas yang tidak memiliki nilai filosofis ataupun tasawuf.” jelas profesor asal Bali tersebut.
Maka menurutnya, budaya halal bihalal pun memiliki nilai-nilai yang digagas oleh para pendahulu memiliki nilai-nilai filosofis dan tasawuf di dalamnya.
Adapun Wakil Ketua Umum MUI DKI Jakarta KH Yusuf Aman berpasan agar terus menguatkan persaudaraan dengan melihat orang lain sebagai saudara.
“Interaksi manusia dengan sesama manusia harus diyakini bahwa kita adalah saudara,” jelasnya.
Dalam penjelasannya, saudara dalam bahasa Arab adalah akhun (أخ). Bentuk plural kata tersebut adalah ikhwan (إخوان) dan ikhwah (إخوة). Kata ikhwan memiliki makna berkonotasi saudara dalam keimanan, sementara ikhwah berkonotasi saudara dalam kekerabatan.
“Namun, dalam konteks tertentu al-Quran mengatakan ‘innamal mu’minuna ikhwah’ (sesungguhnya umat mu’min itu bersaudara). Artinya, nilai persaudaraan dalam keimanan sama atau bahkan lebih tinggi dari persaudaraan dalam keluarga,” pungkasnya.
Penulis: Herly Ramadhani
Discussion about this post