Tanjungpinang | beritabatam.co : Untuk meraih Penghargaan Pembangunan Daerah 2019, Pemprov Kepri harus mampu menunjukan capaian termasuk pada pelayanan dasar. Di bidang kesehatan, pemenuhan kesehatan dasar di Kepri memenduduki peringkat tiga setelah Yogyakarta dan Bali.
“Kepri malah lebih baik dari DKI. Di Kepri minimal ada tiga dokter di Puskesmas. Malah untuk Puskesmas dengan pelayanan 24 jam, bisa mencapai delapan dokter,” ujar Dr. H. Tjetjep Yudiana, M.Kes, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepri saat FGD Penilaian Tahap II Penghargaan Pembangunan Daerah, Senin (4/3/19).
Saat ini 80 persen Puskesmas di Kepri telah terakreditasi. Diharapkan pada 2019 ini seluruh Puskesmas di Kepri sudah terakreditasi. Pada program pengentasan kemiskinan di bidang kesehatan, penanganan gizi buruk di Kepri juga cukup baik.
“Kepri nomor satu terendah gizi buruk. Lebih tinggi dari rata-rata nasional,” tambah Tjetjep. Proporsi gizi buruk di Kepri pada 2018 lalu sebesar 13 persen. Sedangkan rata-rata nasional 17,7 persen. Penanganan Kepri pada status gizi sangat pendek dan pendek atau stunting pada Balita juga menuai prestasi.
Kepri berada di posisi empat secara nasional setelah DKI Jakarta, Yogyakarta dan Bali. Stunting di Kepri pada 2018 lalu sebesar 23,5 persen. Lebih rendah dari rata-rata nasional yang berada di 30,8 persen. Untuk menurunkan angka stunting di Kepri, Dinas Kesehatan melakukan jemput bola.
“Jadi kita pelacakan kasus. Setiap ada kasus kita intervensi, terhadap ibu, bayi maupun Balita. Kalau ada gizi buruk, gizi kurang, diberi PMT (pemberian makanan tambahan). Kalau disebabkan penyakit, dipastikan mendapat penanganan dari dokter spesialis anak,” jelas Tjetjep.
Melalui PISPK (Program Indonesia Sehat dan Pendekatan Keluarga) juga dilakukan kunjungan dari rumah ke rumah. Bila ditemukan kasus, tenaga penyuluh kesehatan akan memberikan penjelasan terkait gizi kepada ibu.
Juga selalu diingatkan pada ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, minimal empat kali hingga sebelum kelahiran. Setelah itu bayi diberikan imunisasi serta ASI eksklusif selama enam bulan pertama. Dilanjutkan hingga dua tahun, dengan makanan pendamping ASI.
“Sosialisasi tentang gizi ini sudah sejak 10 tahun lalu kita lakukan. Hasilnya baru kelihatan sekarang. Rata-rata lingkar kepala anak di Kepri 63cm. Lebih tinggi dari rata-rata nasional yang 58cm. Lingkar kepala itu mempengaruhi tumbuh kembang otak dan kecerdasan anak,” sebut Tjetjep. (ksp/red)
Discussion about this post