Batam | beritabatam.co : Inisial AH mencuat setelah namanya disebut sebagai terduga pemilik Benih Bening Lobster (BBL) senilai 26,9 miliar yang ditangkap Bea Cukai Batam di perairan Pulau Joyo, Bintan Kepulauan Riau beberapa waktu lalu.
Inisial AH terungkap sebagaimana keterangan Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai Batam, Zaky Firmansyah, Minggu (13/10/24), sebagaimana dimuat laman detik.com
Zaky mengatakan dari pemeriksaan yang dilakukan. Lobster itu diduga milik pria berinisial AH. Selanjutnya pihaknya masih terus melakukan penyelidikan terkait hal tersebut.
“Pengakuan mereka pemilik barang inisial AH kemudian menyuruh AB untuk menghubungi AZ (nahkoda kapal ) untuk melakukan penjemputan dan pengantaran,” pungkasnya.
Dari pemeriksaan petugas Bea Cukai Batam, para pelaku mengaku benih lobster itu dibawa dari kabupaten Tulang Bawang, Lampung. Benih lobster itu tujuan akhirnya ke Vietnam
“HSC tersebut membawa benih lobster dari Tulang Bawang kemudian menuju Jambi, ke Batam lalu ke Bintan tujuan singapura dan Vietnam,” tambahnya.
Bea Cukai Batam mengamankan 6 pelaku bersama barang bukti.
“Jadi saat kapal HSC dikandaskan, para pelaku lari ke darat namun berhasil diamankan petugas. Ada 6 orang yang diamankan yakni inisial AZ, AR, ZA, SA MY dan MI. Pelaku AZ sebagai nahkoda kapal,” terangnya.
Sebagai tindak lanjut penindakan ini, benih lobster hasil penindakan dilepasliarkan secara langsung ke perairan laut di wilayah perairan Jembatan 6 Barelang.
Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga menggagalkan penyelundupan benih bening lobster (BBL) sebanyak 88.200 ekor di perairan Batam, Kepulauan Riau.
Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Pung Nugroho Saksono mengatakan pelaku penyelundupan menggunakan kapal cepat.
“Sekali lagi, KKP hadir melalui PSDKP untuk melakukan operasi rutin untuk menjaga perairan Batam dari mereka para pelaku yang ingin menyelundupkan BBL ke negara tetangga,” sebutnya.
Modus penyelundupan BBL juga semakin beragam, mulai dari jalur darat, laut dan udara. Bahkan tak jarang menggunakan mobil mewah.
“Dari mulai Sukabumi misalnya, sampai Bogor ganti mobil. Nyebrang Merak ganti mobil. Mereka seperti itu untuk mengelabui petugas. Sampai-sampai pernah pakai mobil mewah. Ini memang karena nilai ekonomi BBL ini besar sekali,” ungkap Ipunk dalam keterangan tertulis, Senin (06/05/2024) lalu.
Dia menjelaskan jalur darat biasanya dipakai untuk pengiriman BBL di wilayah Indonesia. Sedangkan penyelundupan keluar negeri menggunakan jalur-jalur tikus di laut dan bandara. (***)
Discussion about this post