
Oleh Muhammad Rajab
Ju’mat Mubarok I beritabatam.co : Ibadah kurban merupakan salah satu upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ibadah kurban disandingkan dengan Hari Raya Idul Adha. Bentuk ibadah ini adalah penyembelihan hewan kurban yang dilaksanakan setelah pelaksanaan shalat Id dan pada hari Tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijah).
Dalam bahasa Arab, penyembelihan hewan kurban dikenal dengan istilah udhiyah. Yang juga disandingkan dengan hari raya sendiri, yaitu Idul Adha. Ibadah penyembelihan hewan kurban ini telah dicontohkan oleh sang kekasih Allah, Nabi Ibrahim AS bersama putranya Nabi Ismail AS melalui mimpi yang dialami Nabi Ibrahim AS (QS as-Shaffat: 102-111).

Dalam esensi ibadah penyembelihan kurban terdapat beberapa dimensi peribadahan. Pertama, dimensi ibadah personal (ibadah fardiyah). Dalam dimensi ini terdapat esensi pendekatan diri kepada Allah SWT. Hal ini dibuktikan dalam bentuk kepasrahan dan kepatuhan perintah kepada Allah SWT.
Hal ini sebagaimana kepatuhan Nabi Ibrahim AS dalam menjalankan perintah yang diwahyukan untuk menyembelih putranya serta kepasrahan dan kesabaran Nabi Ismail AS menerima perintah-Nya. Yang akhirnya Allah mengganti sesembelihan tersebut dengan domba (dzibhin adzim).
Dalam peristiwa ini terdapat nilai totalitas terhadap perintah Allah (sami’na waatha’na). Allah SWT berfirman: “Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam” (QS al-An’am: 162).
Selain itu, penyembelihan hewan kurban juga menjadi simbol terhadap “penyembelihan” nafsu hewani dalam diri kita. Yakni nafsu untuk melakukan maksiat dan dosa, sebab nafsu yang ada dalam diri manusia cenderung untuk terus mengajak kepada kejelekan.
Allah SWT berfirman, “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang” (QS Yusuf: 53).
Kedua, dalam penyembelihan hewan kurban terdapat dimensi ibadah sosial. Melalui ibadah kurban ini hubungan antarsesama manusia dapat terbentuk dengan baik (hablunminannas). Di dalamnya kita belajar tentang kepedulian, berbagi dengan sesama. Terutama bagi mereka yang secara ekonomi berada di bawah garis kemiskinan.
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib RA, Rasulullah SAW memerintahkan dia untuk mengurusi unta-unta hadyu. Beliau memerintahkan untuk membagi semua daging kurbannya, kulit dan jilal-nya (kulit yang ditaruh pada punggung unta untuk melindungi dari dingin) untuk orang-orang miskin. Dan beliau tidak diperbolehkan memberikan bagian apa pun dari kurban itu kepada tukang jagal (sebagai upah) (HR Bukhari No 1717 dan Muslim No 1317).
Melalui ibadah kurban ini kita juga belajar tentang pentingnya sikap peduli terhadap sesama. Hal ini dapat dilihat dari berbagi hewan kurban kepada orang-orang di sekitarnya. Sikap mulia yang telah diajarkan Rasulullah SAW bukan hanya untuk sesama Muslim, bahkan juga untuk saudara non-Muslim.
Sikap peduli ini adalah perwujudan dari rasa cinta kepada saudaranya, yang menjadi ukuran tinggi rendahnya iman seseorang. Dari Anas RA berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidaklah termasuk beriman seseorang di antara kami sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (HR Bukhari No 13).
Wallahu a’lam.
Tulisan Asli Baca disini!
Discussion about this post