Batam | beritabatam.co : Krisis air bersih berkepanjangan yang melanda penghuni rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Pemko Batam I, Tanjunguncang, menimbulkan kekecewaan tersendiri. Pasalnya, selain merepotkan penghuni disana, mereka harus berjuang keras untuk mendapatkan air dengan berbagai cara. Meski tidak mendapat pasokan air bersih, penghuni rusun juga tetap dibebani biaya meteran air dengan kisaran 40 ribu setiap bulannya.
Sugianto, Ketua RT-03/RW-22 rusunawa yang berada di kelurahan Tanjunguncang mengatakan, beban biaya ini dirasakan semua penghuni rusunawa sebab semua hunian yang ada memiliki 1 meteran air tersendiri.
Sehingga meskipun air tak mengalir sejak tiga bulan lalu, mereka tetap rutin membayar biaya beban meteran tiap bulannya. Hal ini menjadi keluhan tersendiri, karena merasa adanya perlakuan tak adil.
Banyak warga mengeluhkan, hak untuk mendapatkan layanan air hingga ke dalam rumah (hunian) tak pernah mereka dapatkan, sementara kewajiban membayar biaya beban tetap harus mereka penuhi.
“Kenyataan ini yang membuat sebagian penghuni menyerah dan keluar dengan perasaan sakit hati. Ya gimana enggak, air tak pernah ngalir tapi tiap bulan bayar terus. Dimana keadilan buat kami di sini,” ujar Sugianto, Jumat (29/03/19) siang.
Kekecewaan yang sama hampir semua dirasakan oleh penghuni yang masih bertahan hingga saat ini. Meskipun sudah melaksanakan kewajiban membayar biaya beban meteran hingga melakukan aksi protes ke pihak ATB, namun belum ada solusi yang pasti. Air masih tetap ngadat dan mereka masih harus bekerja keras mendapatkan pasokan air.
Untuk dapat pasokan air bersih, kadang penghuni rusun harus rela bangun lebih awal untuk antre mengambil air di bak penampungan utama. Tidak hanya di sana saja, mereka juga harus memikul air dengan galon atau wadah penampungan ke tempat hunian mereka, baik di lantai dasar, dua, tiga ataupun empat.
Tak hanya itu, air yang diperebutkan warga di bak penampungan utama tiap blok tidak semuanya dipasok oleh pihak ATB melalui mobil tanki, namun belakangan ini mulai turun bantuan dari instansi lain seperti kepolisian.
Pihak ATB sendiri hanya menyuplai dua tanki perhari sehingga tidak mencukupi. Bahkan, jika hanya mengharapkan suplai dari pihak ATB saja, keributan masih tak terelakan sebab semua penghuni rusun berebutan mendapatkan pasokan air.
“Bagaimana tak ribut, airnya sedikit. Warga banyak. Yang tak dapat pasti protes,” lanjutnya.
Sementara itu, Wijanarko Iksa, Humas ATB saat dikonfirmasi pewarta mengatakan, bahwa mereka akan mengoptimalisasikan suplai air melalui solusi jangka pendek, dengan penyaluran mobil tangki air ke wilayah-wilayah yang kekurangan tersebut.
“Dan solusi jangka menengah akan dilakukan pekerjaan proyek pemindahan water treatment plant Pla(WTP) Tanjung Piayu ke WTP Mukakuning untuk menambah kapasitas WTP Mukakuning,” ujarnya saat dikonfirmasi pewarta via WhatsApp. (RH)
Discussion about this post