Oleh : Basuha*
Editorial | beritabatam.co : Bos perusahaan Big Blue Taxi Services Malaysia, Shamsubahrin Ismail tiba tiba populer ditanah air. Semuanya bermula atas videonya yang menyebut negara Indonesia didominasi masyarakat miskin. Videonya ini buntut atas penolakannya atas rencana ekspansi perusahaan transportasi online GoJek ke negerinya Upin Ipin tersebut.
Dalam pernyataannya, Shamsubahrin beranggapan GoJek bisa sukses ditanah air karena didukung oleh masyarakat Indonesia yang masih miskin, yang dinilainya mau bergabung menjadi mitra GoJek. Menurutnya, hal tersebut tidak akan terjadi di Malaysia. Shamsubahrin sesumbar masyarakat negeri jiran tidak akan tertarik menjadi mitra GoJek. Ia bahkan menganggap menjadi driver GoJek adalah bentuk merendahkan generasi muda Malaysia.
Sengkarut dua negeri bertetangga ini bukanlah hal baru. Jauh sebelum persaingan aplikasi transportasi ini. Negerinya Dato’ Siti itu pernah juga mewacanakan kuota terbatas hanya 10 persen untuk artis dan penyanyi Indonesia di Malaysia. Ini tentu berkaitan ‘perkasa’nya musisi tanah air melibas pasar musik Malaysia. Tapi itu dulu, yang terbaru tentu penolakan atas ekspansi perusahaan milik Nadiem Makarim ke tanah air P Ramlee tersebut.
GoJek ibarat anak baru yang masuk ke kelas baru, ia tampan, cantik, berprestasi, murah senyum, mudah bergaul. Tapi tentu tak semua isi kelas menyambut dengan hangat. Tapi itu adalah hal yang sangat biasa terjadi. Suka atau tidak, rela atau ‘gondok’, kedongkolan itu adalah masalah kamu. Bukan masalah sang anak baru. Kamu hanya perlu sedikit berbesar hati, semua akan baik baik saja. Dan kalau kamu sudah lega, ayo main bersama. se sederhana itu analogi yang tengah dihadapi GoJek.
Dan kalau mau lebih realitis, persaingan bisnis pastilah jadi dalih utama atas semua penolakan ini. Yang harus dicatat adalah penolakan ini datang dari sebagian saja. Bukan seluruhnya. Pihak GoJek sendiri mengaku sudah mendapat lampu hijau dari Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohammad.
Untukmu pakcik yang menolak GoJek, yakinlah itu hanya sementara. Kamu hanya perlu menghela nafas sesaat. Karena aplikasi transportasi online akan tetap berjalan dengan atau tanpa kamu setujui. Dan Malaysia hanya bagian dari ekspansi itu. Asia Tenggara akan jadi ladang luas menunggu digarap.
Alih alih kamu bertahan dengan segala narasi ideal, ini adalah bisnis. Pelayanan dan kenyamanan akan melesat sebagai pemenang. Kalau mau jujur, kami sangat paham yang sedang kamu alami. Diawal beroperasinya GoJek di negeri ini juga tidak semua welcome. Tetapi GoJek hanyalah sebuah perusahaan yang menawarkan kemudahan. Lebih dari itu, perubahan adalah sesuatu yang pasti. Perubahan yang mungkin tidak selalu nyaman bagi para pelaku bisnis. Percayalah pilihannya hanya dua, ikut berkompetisi atau kamu akan ditinggal perubahan.
Dan satu lagi, jangan pernah ungkit soal berboncengan dengan lawan jenis yang menurutmu tidak islami. Ketidaktahuan akan membawamu membenci sesuatu. Dengan segala kemudahan yang ditawarkan, memilih driver perempuan sesuai keinginanmu bisa dengan mudah dilakukan dengan aplikasi GoJek. Mungkin pakcik lupa, tidak ada daerah dikolong bumi yang mengharamkan perempuan duduk mengangkang berboncengan motor kecuali di Aceh, dan itu adalah nama salah satu provinsi di negeri kami.
Pro kontra adalah hal lumrah atas sesuatu yang baru. Dan akan jadi tidak bijak ketika menggunakan dalih yang dipaksakan untuk menggalang penolakan. Dalam hal ini, GoJek tidak lebih dari sebuah perusahaan yang terus berkembang. Bukan pula alasan itu, tulisan ini diungkapkan. Tapi ketika istilah dan narasimu atas predikat negeri kami jadi dalih penolakan. Tidak semudah itu Ferguso !
Dan akhirnya, hari ini kamu menolak. Besok ini akan terjadi. Besok kamu menolak, lusa ini akan terealisasi.
Ibarat pepatah buruk rupa cermin dibelah, Bukan salah cerminnya pak cik. (*)
*Pemimpin Redaksi beritabatam.co
Discussion about this post