Batam | beritabatam.co : Gemerlap suasana malam kawasan Nagoya kota Batam selalu jadi daya tarik tersendiri para pecinta hiburan malam. Musik, kerlap kerlip lampu, dan tentunya kupu kupu malam seakan jadi sinonim denyut kehidupan disaat sebagian lain tengah terlelap dalam tidur.
baca juga : Kenali Asal Usul Nagoya, Kota Jepang Yang Jadi Sebutan Kawasan Bisnis di Batam
Mawar bukan nama sebenarnya, sudah setahun terakhir ini jadi bagian dari kehidupan gemerlap kota Batam. Mungkin terdengar klasik, tapi himpitan ekonomi keluarga jadi dalih utama, kenapa ia harus melakoni pekerjaan yang dekat dengan para hidung belang tersebut.
Berstatus janda anak satu, tak banyak pilihan baginya untuk dapat meneruskan hidup sebagai orang tua tunggal. Bertahan dan terus berdamai dengan kenyataan hidup mengharuskan Mawar tetap setia menjalani malam malam panjang di tempat hiburan kota Batam.
Janda berusia 27 tahun itu bekerja disalah satu tempat hiburan di bilangan Nagoya kota Batam. tak kurang dari 16 jam sehari semalam, ia harus bekerja agar dapat tetap menafkahi keluarganya.
“Aku ini bapak sekaligus ibu bang, di Batam hanya seorang diri dan tak ada keluarga jadi aku harus bekerja keras menjadi tulang punggung keluarga”ucapnya lirih.
Meski berat, Mawar mengaku lambat laun, kini ia mulai terbiasa melakoni aktivitasnya. Apalagi sebelumnya, ia cukup berpengalaman bekerja di tempat hiburan di negeri jiran Malaysia.
“Ya, tiga tahun juga lamanya bang di Malaysia. Setelah terombang ambing cerai dengan pria yang tidak bertanggung jawab. Sama sih dengan disini juga pekerjaannya” ucap Mawar.
Namun ia mengaku, pekerjaan di Batam dirasakan lebih berat dibanding saat berada di Malaysia.
Jam kerja yang panjang jadi alasan utama, ia merasa kelelahan bekerja di Batam. Diakuinya dirinya sedikit nakal sejak di Batam.
“Saya harus kesana kemari mengenal lebih jauh tentang hiburan malam,” imbuhnya.
Menemani tamu saat pulang kerja, terkadang harus dijalaninya. Meski hanya sebatas fun, Mawar mengaku sebenarnya berat juga menjalaninya. Tapi demi tambahan penghasilan, akhirnya ia jalani juga. Anggapan negatif dari orang sekitar pun tidak menjadikan dirinya kecil hati.
“Orang tidak bisa menilai apapun tentang diri saya. Karna tidak mengetahui penyebab saya harus menjalani kehidupan ini. Yang terpenting bagi saya, harus menutupi kebutuhan hidup anak anak yang saat ini ada di kampung,” ucapnya.
“Tidak perlu memikirkan kata orang lain, toh saya juga bukan minta sama orang itu,” katanya dengan santai.
Meski menjalani kehidupan sebagai kupu kupu malam, Mawar berharap suatu saat ia dapat menjalani kehidupan normal seperti pada umumnya. Jauh dilubuk hatinya, Mawar berharap dalam bertemu jodoh di Batam yang akan membawanya terlepas dari kehidupan malam.
“Rindu juga sih dengan kehidupan dengan yang normal, harus masak untuk suami, urus anak dan layani suami, Abang mau tak jadi suami adek,” tanyanya dengan canda.
Adakah yang berminat ? (bb)
Discussion about this post